Bengkulu. Swara Bengkulu – Selama menjabat Walikota Bengkulu 2 periode, banyak terobosan baru yang dilakukan oleh Helmi Hasan melalui program-programnya. Walaupun programnya spektakuler, namun faktanya program-program tersebut terealisasi dengan baik.

Beberapa program mungkin terdengar seperti sulit, atau tidak mungkin untuk diwujudkan, namun Helmi bisa mewujudkannya. Katakanlah salah satunya seperti menaikkan gaji tenaga kontrak atau Pegawai Tidak Tetap (PTT) dari sebelumnya Rp 750 ribu menjadi Rp 1,5 juta.

Dulu, rasanya tidak mungkin. Realitanya, semasa kepemimpinan Helmi Hasan hal tersebut menjadi mungkin. Dulu, rasanya dengan APBD yang kecil belum memungkinkan juga Kota Bengkulu memiliki rumah sakit, tapi justru di era Helmi Hasan ada rumah sakit walaupun mengorbankan kantor walikota.

Menurut Ustaz Junaidi Hamsyah, semua itu terwujud dan berjalan baik karena Allah yang berkehendak dan ia yakin Allah pasti menolong pemimpin yang punya cita-cita menjadikan masyarakatnya religius dan bahagia.

“Kota Bengkulu dengan APBD yang relatif kecil saja sanggup membuat gebrakan. Apalagi kalau sudah jadi Gubernur Bengkulu dengan APBD Pemprov,” ujar mantan Gubernur Bengkulu ini.

Dikatakan Junaidi, sekilas kalau dibaca program-program yang ditawarkan oleh pasangan calon (paslon) Helmi Hasan dan Muslihan terkesan spektakuler. “Padahal, kalau dikaji dengan pikiran jernih dan diperjuangkan dengan sungguh-sungguh Insya Allah akan berhasil,” kata Junaidi.

Saat dirinya (Junaidi) diamanahkan jadi kepala daerah, 23 tahun Garuda tidak terbang di langit Bengkulu. Tapi akhirnya bisa terbang. Kemudian STAIN bertahun-tahun mau merubah status jadi IAIN akhirnya juga berhasil dan salah satu pejuang alih status IAIN adalah Helmi Hasan.

“Selain itu, waktu itu dia (Helmi) diusung PAN saya ajak menghadap Menteri PAN RB Azwar Abu Bakar yang juga dari PAN. Alhamdulillah goal, bisa memindahkan embarkasi dari Padang menjadi Embarkasi sendiri. Ternyata bisa kok. Nggak ada yang nggak bisa kalau sungguh-sungguh,” cerita Junaidi.

Dari program-program Helmi Hasan dan Muslihan, kata Junaidi yang mungkin dibilang mustahil soal bandara antar kabupaten. Namun menurut dia itu juga bisa diwujudkan. Tinggal mengusulkan untuk kabupaten Lebong dan Bengkulu Selatan.

“Buktinya bandara di Enggano bisa dibangun. Pekon Sroi di Lampung juga ada bandara. Di Muaro Bungo ada Bandara, di Lubuk Linggau juga ada bandara. Saya pikir di Bengkulu Selatan dan Lebong juga bisa. Mengapa di Bengkulu Selatan dan Lebong, karena 2 kabupaten ini cukup jauh jaraknya. Sementara Mukomuko sudah ada. Kalau Seluma dan Benteng, tidak mungkin membangun bandara karena sangat dekat dengan kota,” tambah Junaidi.

Selanjutnya program 1 desa 1 ambulans, lanjut Junaidi juga sangat mungkin diwujudkan. Tapi tentu tidak sekaligus. Menurut dia, yang utama adalah untuk desa yang jauh aksesnya dari ibu kota kabupaten dan propinsi sehingga warga desa yang selama ini jauh bila ingin berobat, akan tersambung dengan ambulans yang ada. Lalu secara bertahap terus akan dibagikan berdasarkan skala prioritas untuk desa-desa yang sulit terjangkau.

Ia juga menjelaskan program jalan provinsi mulus 100 persen. Menurut Junaidi, untuk mewujudkan hal ini langkah pertama adalah mengedukasi masyarakat agar paham mana jalan nasional, mana jalan provinsi, dan jalan kabupaten.

“Sangat mungkin jalan provinsi dibangun sebab sejauh ini tidak ada penambahan ruas jalan provinsi. Berbeda dengan kabupaten/kota. Tahun 2010 – 2015 APBD Provinsi Bengkulu masih Rp 2,3 triliun kita bisa menganggarkan mencapai Rp 500 Miliar.

Junaidi juga menanggapi program 100 lapangan kerja. “Maknanya bukan membuka kantor dan perusahaan tetapi memanfaatkan segala potensi yang ada. Misal pemanfaat lahan kosong. Bibit apa yang sesuai, maka pembibitan yang dikerjakan warga adalah bentuk lapangan kerja. Lalu hasil tanaman dengan kualitas yang baik, pembinaan yang baik akan menjadi pangsa pasar bagi mall, penyediaan mini pabrik untuk hasil karet masyarakat. Ini pun membutuhkan tenaga operasional mesin, pengepul karet masyarakat, transportasi angkutan hasil olahan dan mini pabrik,” papar Junaidi.

Selain itu, program bantuan bibit ternak, baik pedaging atau pengembangbiakan semua ini menurut dia adalah lapangan kerja.

“Kita keliru menilai lapangan kerja itu cuma honorer, PTT, dan kerja di perusahaan. Itu buruh namanya tetapi maksud dari program ini adalah menyediakan lapangan kerja. Berbeda dengan buruh. Masyarakat bisa bertanam jagung. Hasilnya diolah buat pakan ikan, sehingga petani ikan di kabupaten akan terbantu dengan pakan yang terjangkau dan imbas dari pendirian pabrik pakan ternak akan menciptakan lapangan pekerjaan,” jelas Junaidi.

Menurut Junaidi, sebenarnya semua yang dijanjikan dalam 20 program Helmi Hasan dan Muslihan nyaris sudah diterapkan selama beliau menjadi walikota. Terlebih di periode kedua dan masyarakat bisa melihat dan menikmati. (FM/SB/Release Harius. ES)