Bogor, Swara Bengkulu –  Tahun ini Indonesia memasuki usia ke-79. Namun, pendidikan di negeri ini masih saja memiliki tumpukan masalah yang tak kunjung selesai. Beragam kebijakan dan kurikulum silih berganti diterapkan, tetapi problematika pendidikan Indonesia belum banyak yang terurai. Separuh lebih angkatan kerja yang dihasilkan dari pendidikan kekinian nyatanya tak mampu memenuhi kualifikasi yang diharapkan. Hal tersebut disinyalir lantaran persoalan akses pendidikan serta kualitas belajar di sekolah dan perguruan tinggi yang belum cukup baik.

Dalam dua dekade terakhir, Indonesia mengalami krisis pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya peningkatan output pendidikan yang signifikan dalam 10—15 tahun terakhir. Riset PISA tahun 2022 melaporkan bahwa 82% siswa Indonesia yang berusia 15 tahun tak paham Matematika, 75% tak paham bacaan, dan 66% tak paham sains. Selain itu, persoalan lainnya adalah makin tercerabutnya materi ajar dari kearifan lokal masyarakat sekitarnya. Persoalan tersebut membuat makin sulit menemukan korelasi fungsional antara muatan ajar dengan kebutuhan di dunia nyata.

Merdeka Belajar sebagai gagasan baru untuk mengubah wajah pendidikan kita dinilai masih terlalu prematur untuk dilihat keberhasilannya. Selain itu, tidak ada jaminan bahwa paket-paket kebijakan ini masih terus berlanjut selepas pergantian kepemimpinan nasional. Karenanya, jalan terjal diprediksi masih akan ditempuh dalam koridor transformasi pendidikan guna mewujudkan SDM unggul Indonesia yang memiliki enam dimensi Profil Pelajar Pancasila.

Berangkat dari permasalahan tersebut, pada momentum Hari Pendidikan Nasional 2024, GREAT Edunesia menginisiasi forum diskusi untuk memunculkan gagasan-gagasan baru transformasi pendidikan untuk menjawab tantangan di era Indonesia Emas. Forum tersebut bertajuk Hardiknas Education Forum 2024 Bersama GREAT Edunesia. Tema yang diangkat pada forum kali ini adalah “Merdeka Belajar Dan Jalan Terjal Transformasi Pendidikan Kita.”

Acara tersebut digelar pada Kamis (02/05/2024), bertempat di Kampus STIM BUDI BAKTI, Jalan Raya Parung KM 42, Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Seperti formatnya, forum diskusi, dalam acara tersebut akan digelar forum-forum curah gagasan yang berlangsung dari pagi hingga siang hari.

Sesi pagi dibuka dengan Gelar Wicara Pendidikan Nasional. Ahmad Juwaini, selaku Ketua Dewan Pengurus Dompet Dhuafa memberikan sambutan pembuka. Sederet pembicara nasional dihadirkan pada sesi gelar wicara tersebut, yaitu, drh. Adian Husaini, M.Si., Ph.D. (akademisi), Dr. Zaim Ukhrowi (tokoh pendidikan), Rina Fatimah (Rektor STIM Budi Bakti), Imam Zanatul Haeri (P2G), dan Mulyadi Saputra (Direktur GREAT Edunesia).

Selanjutnya, pada sesi siang akan digelar Ruang-ruang Gagasan. Ruang Gagasan 1 mengusung tema diskusi “Kampus Masa Depan, Pemuda Produktif, dan Revolusi Keterampilan Baru.” Sementara Ruang Gagasan 2 membahas tema diskusi “Reorientasi Sekolah untuk Generasi Emas”.

GREAT Edunesia sendiri adalah organisasi filantropi pendidikan sebagai mitra pengelola program Dompet Dhuafa dalam bidang pendidikan yang berkhidmat kepada publik di bidang pendidikan untuk pembedayaan. GREAT Edunesia memiliki 12 program dari pendidikan dasar hingga tinggi, serta pendidikan informal hingga formal. Hingga saat ini GREAT Edunesia telah memberikan kemanfaatan kepada ribuan siswa, guru, juga sekolah, terbentang di seluruh provinsi di Indonesia.   (R17/Release Edunesia/SB/Red)